November 09, 2007 | By: BangDhika

LILY

Sobat......
Refresh dulu yaa... kasih kesempatan bwt sobat yang lain yang mau menyumbangkan tulisannya baik itu berupa tutorial, cerpen, informasi, teknologi atau apa saja yang penting tidak mengandung unsur SARA atau berbau pornografi ini sengaja ane buat untuk memberi kesempatan buat sobat yang tidak sempat membuat blog atau sobat yang terlalu sibuk tapi suka menulis..... yaa itung2 ajang berpromosi ...... kali aja ada manfaatnya buat sobat yang lain...
untuk mengawalinya nech...Mamah "Gagah" semalem buat tulisan tentang apa yang dia rasa, dia dengar dan dia alami.....
sementara ane sedang belajar sesuatu, yang mungkin nanti juga bisa berguna buat diri ane kendiri ato mungkin juga buat para sobat semua... do'akan.....
eiit yaa... sebelumnya ane mohon maaf jika nanti penyajian tulisannya kurang bagus dan terkesan amatiran itu semata-mata proses belajar jadi mohon di maafkan....
hayuuk kita baca..... >>>>>>>


Biarkan hatiku membatu, penuh dengan kebencian jika itu syarat satu-satunya untuk mendapatkanmu ada disisiku seperti dahulu.
Gairah jiwa dan keduaan yang pernah kita rasakan tak’kan terhapus begitu saja oleh satu masa lalu diantara kita. Mengetahui engkau ada selalu bersamaku membuat tenang hati dan pikiranku….jangan kau uji kecintaan ini dengan kedustaan yang kesekian kalinya.

cerpen ini terinspirasi dan didedikasikan untuk Abbie ( ayah gagah tersayang ) jangan pernah lupa apa yang sedang terjadi merupakan imbas dan refleksi dari masa lalu, masa depan adalah apa yang kita rancang saat ini.
Rasakan jangan hanya dipikirkan apa yang tertulis dalam cerpen ini karena semua penilaian baik dan buruk hanyalah bersifat humanis.
4llah Maha Mendengar…..baik ataupun buruk yang kita minta, Ia kuasa memberikan… “sebesar apa kepercayaan yang kita miliki sebesar itu pulalah yang akan kita dapatkan.”



Cibinong, 08 November 2007

R.F


Lily……
Hatiku tak seputih bunga itu dan aku tak secantik kelopaknya yang merekah, diri ini penuh dengan kebencian yang timbul tanpa sebab sejak 2 tahun lalu.
Semua kecintaan, rasa sayang dan keduaan yang aku rasakan mulai berubah, timbul benih-benih kebencian dalam hati yang mulai mengakar kuat. Biarkan aku berteman iblis bila itu akan membuatmu disisku. Tapi sejatinya kasih ini hanya untukmu slalu “dia yang tersesat dalam hatiku”.
“Tuhanku jangan Kau marahi aku…..
aku hanya hambaMu yang masih berjuang dan slalu terjatuh dalam kealpaan”
“Tuhanku jangan jadikan kata ini kesungguhan ucapanku
lihatlah kedalam isi hatiku…..panggillah aku lebih lembut lagi”


Baru 3 tahun yang lalu kepindahanku dari Bogor kekota kelahiran, Bandung... Dan hari ini aku telah kembali kekota yang kutinggalkan mungkin kali ini agak berbeda , kepindahan kedua orang tuaku untuk menetap selamanya disini, serta dengan keyakinan penuh aku sadar akan mendapatkan pasangan hidup dikota ini pula. Selepas menamatkam sekolah, seperti layaknya orang biasa aku langsung terjun kedunia kerja, hanya rentang waktu sepuluh hari dari pembagian ijazah, aku telah menapaki dunia baru, dunia dengan penuh warna yang mengisyaratkan dimulainya masa kedewasaan. Syok,…hal pertama yang terlintas dalam benakku, betapa tidak
aku yang baru akan memasuki dunia dewasa dengan segala gejolak diri ternyata telah memulainya lebih awal dari teman-temanku. Ditempat ini tidak ada kata perbedaan usia, yang berumah tangga dengan yang gadis larut menjadi satu, menciptakan kelakar-kelakar berbau kedewasaan , tiap kamis malam terlewati pastilah keesokan harinya menjadi ajang pertarungan dalam perbincangan yang memanaskan telinga apalagi bagi yang asing dengan dunia itu…seperti biasa wajahku memerah setiap kalii dimintai pendapat oleh mereka, aku hanya bisa menempatkan diri sebagai pendengar saja.Tak banyak yang aku dapatkan selama itu, waktuku dihabiskan dimeja patrun menggambar pola-pola pakaian yang dalam kurun waktu tiga bulan sekali selalu dapat dipastikan berganti style, buyer yang otomatis kejemuanpun mulai kurasakan. Aku sadar sepenuhya bekerja dipabrik ini dapat menjadi modal awal untuk terjun dalam bisnis rumahan sebagai seorang tailor, tapi apa guna belakangan pikiranku menuntut aku melangkah lebih jauh lagi , serasa ada seseorang disana yang menghendaki aku untuk menemukannya. Dorongan itu semakin lama terasa semakin menyesakkan terlebih lagi tak terasa sudah dua tahun aku hanya bertemankan pola-pola pakaian, kawanku satu persatu sudah ada yang berkeluarga sedangkan aku?...
Dengan berat hati aku tinggalkan tempatku menggantungkan hidup “ aku yakin entah dimana, disuatu tempat tertentu ada seseorang yang sedang menunggu kedatanganku” slalu saja kata-kata itu yang menguatkan langkahku ia slalu memantapkan niat hati ini. “ pencarian itu tak’kan pernah sia-sia.
Tabungan selama dua tahun aku pergunakan untuk modal awal kuliah dengan kepercayaan penuh aku yakin “ kuliah sambil bekerja, kenapa tidak” aku bukan anak yang slalu mendapatkan sesuatu dari orang tuanya, semua aku dapatkan atas usahaku sendiri, dua semester sudah aku lalui dan disemester ketiga aku mulai kehabisan uang tabunganku sedangkan selama ini aku telah terlena dengan pertemanan ditempat baru, rela tidak rela ku putuskan cuti kuliah disemester tiga dan empat. “ aku harus mulai bekerja lagi, kuliah tidak boleh terputus.
Enam bulan aku mencari pekerjaan tapi hasilnya slalu saja tidak ada tempat untukku , rasa putus asa kerap melanda dalam diri “ apakah ini jalan hidupku?” benarkah yang dikatakan ibu selama ini”
Dalam kesabarannya ibu slalu berkata “ kita ini keturunan miskin jangan berkhayall terlalu tinggi, ya kalau kesampaian kalau tidak…..’
Akhir percakapan itu selalu saja aku tuntaskan dengan airmata ibuku, tak pernah sekalipun aku turutkan apa yang diingininya.
“ sudah menikah saja dengan bujang, bina rumah tangga jadi manusia normal seperti kakak-kakakmu jangan punya pikiran yang tidak-tidak”
kepala ini rasanya mau pecah “ tidak mau…aku ingin kuliah itu cita-citaku dari kecil dan janjiku pada teman sekolahku, dia yang slalu menyemangatiku”.
Dulu sewaktu aku main kerumahnya begitu menyenangkan, banyak buku-buku tersusun rapi aku sangat menyukainya, suatu saat nanti akupun akan memiliki perpustakaan rumahku sendiri. Tapi akhirnya aku kembali kekota ini, temankupun kutinggalkan, hanya kami berjanji akan berusaha mewujudkan impian kami walau dengan usaha sendiri.
Satu lagi teman baruku dia orangnya pendiam kalau didekatnya aku binggung sendiri tak tau harus bagaimana memulai perbincangan dengannya. Tapi dia yang akhirnya kuliah dan aku iri kepadanya, aku yakin ibuku mengetahui perasaanku itu.
“ jangan keras kepala, ibu tidak mau terjadi sesuatu denganmu…terlebih dengan sifatmu yang mudah putus asa!!! kamu orangnya nekat, itu yang ibu takutkan.”
Aku memang mudah putus asa, bagiku kalau tidak bisa memiliki lebih baik mati saja.
Bu…, buktinya walau dia serba pas-pasan bapaknya mampu kuliahkan dia”
“ ia tapi bapaknya tidak kawin lagi seperti bapakmu!!”
aku hanya terdiam ‘ benar yang dikatakan ibu, tapi aku tak mau menyerah……” mengapa kata-kata ini tak mau keluar dari mulutku, aku hanya tertunduk diam seolah membayangkan apa yang baru saja dikatakan ibuku.
Mataku terasa panas, bibirku gemetar, tanganku terkepal penuh dengan amarah “ Tuhan inikah yang telah kau berikan kepadaku, adakah ini keadilan dariMu”
Seribu Tanya menyesak didada tak kuasa aku menolak semua pemberianNYa, atas hidup yang kujalani kini.
Aku yang dilahirkan tanpa keayuan wajah gadis yang sedang merona, tidak pula disertakan tubuh yang meramping hanya mampu terdiam meratapi kesedihan dan rasa sakit hati yang mengakar dari kedustaan-kedustaan yang slalu diberikan bapakku.
Tujuh tahun…..yah !! tujuh tahun kami ditinggalkan bapak tanpa kasih sayang,perhatian dan kebutuhan yang tidak pernah menunjukkan kalau bapak seorang yang berpangkat. Setiap kali kutelpon, bapak slalu menjanjikan akan pulang… hari,tanggal ini, jam ini..tapi sampai tujuh tahun itu pula dapat dihitung kepulangan bapak dengan tangan hampa.
Rasa sakit hati menjalar dalam darahku, aku lulus sekolah dengan biaya ibuku, aku makan dari hasil keringat ibuku. Sakit rasanya melihat anak lain yang dicukupi oleh ayahnya, bergurau dengan canda orang tuanya sedangkan aku sendiri berusaha lepas dari jerat kemiskinan yang dibuat bapakku.
Sampai suatu hari…..
Ketika semua ketidaksabaran, amarah dan rasa benci kuluapkan pada bapak, membuahkan satu kenyataan pahit bapakku kawin lagi dengan janda beranak satu, dari perempuan itu bapak punya satu anak perempuan usianya sudah menginjak tujuh tahun.
Aku tumbuh dengan rasa sakit yang disebabkan kaum lelaki, ada satu waktu kebencian itu tersorot dari mataku, menyatukan kedua alisku, merapatkan bibirku . “ aku benci lelaki…. Aku bisa hidup tanpa mereka….
Akan aku buktikan walau harus aku menjadi perawan tua” janji hati yang seharusnya tidak aku langgar!!!

Selang satu minggu sejak peristiwa aku membuat ibu menangis teman dekatku menawarkan pekerjaan , yah… walau hanya sebagai operator di pabrik elektronika.
“ gajinya bagus, makanannya juga terjamin tidak seperti kalau kita dipabrik garment apa-apa serba terbelit, kalau kamu mau aku bisa bawakan sekalian sama adikmu…Ani”
penawaran yang baik pikirku” ya,..kalau begitu aku siapkan lamarannya dulu”
Hampir putus asa aku menunggu datangnya kabar penerimaan lamaran pekerjaanku, tak urung dihati ini membenarkan kalau aku tidak diterima status pengangguran sejati bisa-bisa kusandang terus, kian hari terasa malas mencari kerja sudah pastii aku ditolak jadi buat apa lelah mencari kerja.
“ Bodohnya aku……….”
Telpon berdering …” jadi mulai besok kami bekerja?, dibagian apa? “
“ nanti disana akan diberikan penjelasan lebih lanjut, besok datang dengan berpakain rapi sebelum jam tujuh. Anda siap?’
suara itu memastikan apa yang disampaikannya dapat dimengerti olehku, aku tersenyum penuh kemenangan .” siap , Bu………”
kontrak enam bulan kerja sudah ditangan kepastian akan menjalani kontrak keduapun begitu besar aku dan adikku berpisah lain department tapi tak jadi masalah bagi kami, pertemanan yang kami dapatpun berbeda , dia dengan temannya yang sama-sama pendiam sedang aku dengan temanku yang sedikit penasaran dan berani dalam menjalani hidup jauh dari orang tuanya. Begitu mengelitik hatiku untuk ikut menghadapi dunia tanpa pengawasan orangtua, terlebih ibu yang selalu memintaku untuk cepat menikah ditambah lagi bapakku yang sudah tidak peduli, dengan susah payah aku berargument meminta ijin untuk kos diluar, pikirku aku sudah mulai akan kuliah dan satu kesempatan dalam pekerjaan sudah ditangan pastilah akan banyak waktu yang dibutuhkan.
“ aku sudah besar bu, masa harus slalu diatur dan dinasehati…..”
“ terlebih ibu slalu memintaku untuk cepat menikah “ pikirku.
Memang aku sudah dilangkah oleh sepupuku tapi itu tak jadi soal, aku sudah tidak peduli lagi akan karma hidup atas diriku. Lagi pula aku takut menikah , yang namanya lelaki pasti semua kawin lagi tanpa terkecuali. Aku jijik membayangkan seorang lelaki yang slalu berpindah pelukan dari satu perempuan ke perempuan lain. Apa mereka tidak tau seorang wanita hanya tidur dengan satu orang lelaki itupun hanya dengan orang yang dicinta dan dikasihinya tidak untuk yang lann.
“ buat apa kos, dari sini kalau pulang pergi masih terjangkau, adikmu saja tiap hari tidak pernah mengeluh!”
suara ibu memecahkan lamunanku.
“betul ..diakan tidak sambil kuliah dan tidak dipromosikan seperti Ly.”
“cape bu….aku harus selalu bangun pagi pulang hampir tengah malam bahkan waktu istirahatpun hampir tak ada” hening sejenak
“nanti disana kamu macam-macam, jangan seperti sepupumu itu!!”
Ah begitu sulit berbicara dengan ibu.
Aku harus menghaluskan kata-kataku pada ibu rasanya kata setuju sudah diujung lidah.
“ tidak bu, Ly’ kan mau sekolah ingin jadi orang dihargai dan ingin Bantu ibu, lelakii tak ada dalam kamusku”
“ ingat walaupun kecil yang namanya lelaki tenaganya lebih kuat dari perempuan ”
Aku tak mengerti apa maksud ibu tapi akhirnya persetujuan didapat dengan derai air mata , aku tak pernah tau apa yang terkandung dalam hati ibu sampai saatnya tiba, kurasa….
Semenjak pengakuan bapak…. Aku tau ia mulai berusaha memperbaiki hubungan diantara kami, juga terhadap ibu. Bapak pernah berkata “ biarkan anak mencarii pengalaman hidupnya , jangan sampai takut pada banyangannya sendiri.”
Perlahan kami mulai bisa menerima kembali kehadiran bapak dan ibu sudah muali terbiasa dengan keadaan keluarga kami yang baru dengan bertambahnya satu keluarga baru.
Penyelia mendaftarkanku ikut tes menjadi leader, dan tanpa diduga aku berada diurutan teratas dari sembilan puluh enam untuk penyaringan enam orang leader baru. Disana awal dari banyak hal terjadi , dikabulkannya doaku, dimulainya kebohonganku, dan dilanggarnya janji hati yang kubuat dulu.
Karier ada, kuliah sudah mulai kembali dan sekarang aku sedang dekat dengan seseorang.
Tak pernah aku tau siapa dia, pekerjaannya bahkan sifatnyapun tak aku ketahui , dan aku yakin namanyapun bukanlah yang sebenarnya tapi rasa penasaran meneguk dunia baru mengalahkan logikaku sendiri,terlebih niat hatinya, semua terhapus karena rasa penasaran dan gejolak gairah muda yang slalu ia tunjukkan padaku. Kian hari pertemuan dengannya menuntut pemenuhan-pemenuhan yang baru. Tak ada lagii kedustaan seorang lelaki, tak ada lagi pengkhianatan kaum adam bahkan tak ada lagii kesalahan – kesalahan lelaki terhadap perempuan, dan sakitnya hati sewaktu ditinggalkan bapakku sudah tak terasa lagi semua sirna oleh nafsu gairah yang baru kurasakan.
Persetan dengan akal sehat, masa bodoh dengan etika dan aturan yang ada, semua tidak berarti sebelum rasa dahagaku terpuaskan terlebih sentuhannya , desahan nafas yang membakar jiwaku, buai mesra yang melambungkanku mulai tertawarkan sedikit demi sedikit. Kepintarannya dalam mempermainkanku membawa rasa penasaran yang besar, susahnya untuk bertemu menjadi satu pembenaran jika bertemu nanti aku harus lepaskan dahagaku.
Adakala aku merasa dosa yang tak terampun, tapi perasaan indah itu lebih menguasaiku. Semua tertebus dengan hilangnya penghargaan diri………..
“ aku tidak perawan…….semua tlah kuberi. ‘
Layaknya kebanyakan lelaki akupun tak pelak menjadi korban dari nafsu sesaatnya.
Kupandangi wajahku didepan cermin, tampak seseorang disana yang muali menampakkan kekalahan dirinya, menangispun ia tak sanggup.
“ aku sendiri…” dia menghilang seperti biasa, ia slalu ijin bertemu beberapa bulan lagi dan kali ini janji yang tak akan pernah ditepati, dapat kurasakan kepergiannya kali ini, apa yang dia cari tlah didapat….dan aku menjadi bangkai dalam tubuhku sendiri
“ ly…….. bukankah sudah kuingatkan kau sejak dulu jangan kau langgar janji hatimu sendiri’…
malam tiba…….aku slalu larut dalam kesadaranku “ ibu aku bersalah, sekarang apa yang akan aku hadapi didepan nanti “
keresahan jiwa membawaku kesatu dunia yang asing olehku , keluar malam jadi kebiasaan baru, rasa sakit hati mulai menjalar kembali terkadang ada saat ingin kucari kelemahan pria dan menikamkannya telak tanpa ampun. Alhasil dari kebiasaan baru itu aku menjadi individu tanpa teman, banyak yang kudapati mulai dari bahasa tanpa kata sampai kata tanpa bahasa dari dua orang yang berbeda dengan kebutuhan yang sama.
Prinsip…itulah yang menyelamatkanku setidaknya bagi seseorang yang telah mengetahui satu kebutuhan baru pasti menuntut pemenuhan dari hasrat gairahnya sendiri.
Bagiku tidak jika bukan dengan orang yang kusayangi.
Pemenuhan itu suci, indah, penuh dengan kasih walaupun terselubung salah dan dosa.
Tapi semua bohong…!!! dia …lelaki yang hanya datang untuk mengganggu,meruntuhkan pendirianku dengan segala tipu muslihat hanya ingin merasa dan mencicipi segi keegoan yang dimilikinya.
Janji itu kembali dalam hatiku kali ini lebih mengakar … ” kurasa”
Tetap saja aku tau Ia sang pemilik hati..
Lagi-lagi kebosanan melanda “ sampai kapan aku turutkan gairah ini, nafsu ini, kebejatan ini, aku kotor tapi aku tidak hina masih ada dalam diriku yang ingin kembali kedalam peluk ibuku, kadalam pelukanNya”
Semua terlintas….. dari hari kehari pekerjaanku terbengkalai, kehidupanku tak teratur, dan kuliahku berantakan, aku harus mulai bertindak benahi diri , biarlah aku sendiri menjadi seorang gadis bukan perawan sampai aku tua bahkan mati toh aku ini hanyalah bangkai yang berjalan....

Bersambung....... >>>>>>>>

7 comments:

JualannyaSaya said...

belajar...terus belajar bang...
jangan pernah bosan
sukses buat bang dhika..

Anonymous said...

Untuk seorang pemula, ini sudah sangat bagus kok bang. Salam ya untuk mamanya Gagah, semoga tambah semangat lagi nulisnya.

ichal said...

wah!!
mama gagah sangat berbakat, ini sih bukan pemula tapi advanced!!

tetep nulis

adekjaya said...

pokoke juoss deh bang...mantabz ceritanya...

Anonymous said...

terimakasih buat sahabat semua, kami memang sdh sepakat buat mencoba hal-hal yg baru ... menulis buat ane adalh sesuatu yg baru....
sekali lagi terimakasih ....

Sani said...

Ya itu bang .. Shoutbox oggix nya kan sudah kena suspended sitenya. Kok belum diganti sama SB merk laen ? He he ..

Anonymous said...

aku suka kalimat ini: “sebesar apa kepercayaan yang kita miliki sebesar itu pulalah yang akan kita dapatkan.” sederhana tapi punya makna yang dalam.